Sakit pinggang, saraf kejepit biasanya menimbulkan ciri khas. Sedangkan pinggang terasa sakit bisa juga disebabkan oleh masalah pada otot akibat aktivitas berlebihan sehingga otot menegang secara berlebihan.
Sakit Pinggang, Saraf Kejepit atau Otot?
Pinggang yang terasa sakit atau yeri pinggang adalah masalah umum yang sering dialami oleh orang dari segala usia. Dari yang usia muda karena tuntutan pekerjaan hingga lansia akibat adanya proses degenerasi atau perubahan pada sendi dan strukturnya.
Nyeri pinggang dapat terjadi setelah mengangkat beban berat, duduk terlalu lama, membungkuk, jongkok atau berdiri dalam jangka waktu yang lama. Namun, tidak semua nyeri pinggang akan hilang dengan sendirinya. Jika nyeri ini berlangsung lama, itu mungkin merupakan tanda kemungkinan mengalami saraf terjepit. Bagaimana cara membedakannya dari nyeri pinggang biasa?
Awam juga sering mengistilahkannya sebagai sakit pinggang karena saraf atau sakit urat saraf pinggang. Atau kadang sakit saraf pinggang kiri atau sakit saraf pinggang kanan. Penyebabnya juga banyak faktor. Bisa karena ketegangan otot, skoliosis, infeksi, tumor, tulang belakang keropos dan lainnya.
Apa Perbedaan Sakit Pinggang dengan Saraf Kejepit?
Penting untuk memahami kondisi saraf terjepit di pinggang. Meskipun banyak orang cenderung mengabaikan nyeri pinggang tanpa pengobatan dan menunggu hingga nyeri hilang dengan sendirinya.
Sebenarnya nyeri pinggang ata sakit pinggang terus menerus tidak boleh dianggap remeh. Nyeri pinggang juga dapat menjadi indikasi kondisi tertentu yang memerlukan penanganan khusus, seperti saraf terjepit.
Saraf terjepit di pinggang, atau herniated nucleus pulposus (HNP), terjadi ketika bantalan di antara tulang belakang menonjol atau bergeser, menekan saraf tulang belakang dan saraf tepi. Inilah penyebab munculnya keluhan pinggang kiri terasa sakit sampai ke kaki atau nyeri pinggang. Bantalan tulang yang berbahan seperti jeli yang menonjol ke luar, dapat menjepit saraf sehingga saraf teritasi dan mengakibatkan gejala.
Kenapa Bisa HNP?
HNP biasanya terjadi sebagai hasil dari proses penuaan. Kadar air di piringan sendi (diskus intervertebralis) di tulang belakang mulai berkurang seiring bertambahnya usia, membuatnya rapuh, bergeser, dan kaku.
Beberapa faktor juga dapat meningkatkan risiko terkena HNP, termasuk melakukan olahraga yang terlalu berat, melakukan aktivitas berulang yang membutuhkan posisi membungkuk, dan kelebihan berat badan. Apalagi dilakukan secara berulang dalam waktu lama dan tidak lagi mengindahkan postur tubuh yang benar.
Perbedaan gejala nyeri pinggang biasa dan saraf terjepit dapat dilihat dari jenis nyeri, lokasi nyeri, dan tingkat keparahan nyeri. Pada nyeri pinggang biasa, rasa sakit biasanya dimulai dari punggung bagian bawah, bagian bawah tulang rusuk, hingga daerah pinggang.
Awalnya, nyeri pinggang hanya terasa kaku, tetapi seiring berjalannya waktu, rasa sakitnya bisa menjadi menusuk, membuat gerakan atau berdiri tegak menjadi sulit. Namun, nyeri pinggang biasa cenderung membaik dengan sendirinya.
Salah satu dokter saraf kejepit di Jakarta, Dr. dr. Wawan Mulyawan, Sp.BS, Sp.KP memaparkan, sakit pinggang yang disebabkan adanya jepitan saraf tulang belakang menimbulkan nyeri di pinggang tetapi cenderung menjalar ke arah kaki. Tak hanya nyeri, saraf kejepit pinggang (HNP lumbal) juga disertai dengan rasa kebas, kesemutan, baal, seperti ditusuk-tusuk jarum sampai ke kaki. Bahkan ada yang mengeluhkan telapak kaki terasa panas seperti terbakar.
“Kalau otot tulang belakang tegang, sakit pinggang juga bisa muncul. Tetapi sakit atau nyerinya hanya terasa di area pinggang saja. Atau kadang sedikit terasa hingga punggung atas,” lanjut dr. Wawan Mulyawan.
Apa yang Dirasakan Ketika Saraf Kejepit?
Di sisi lain, nyeri akibat saraf terjepit (HNP) biasanya lebih parah dan intens. Gejalanya dapat meliputi nyeri atau mati rasa, terutama di satu sisi tubuh, rasa sakit yang menjalar ke lengan atau kaki, peningkatan nyeri saat malam hari atau melakukan gerakan tertentu, nyeri yang bertambah buruk setelah berdiri atau duduk, mudah merasa nyeri meskipun hanya berjalan sebentar, kelemahan otot yang berlebihan, kesemutan, sensasi terbakar di area yang terkena, serta nyeri yang berlangsung lama dan tidak kunjung hilang.
Gejala HNP lumbal diantaranya nyeri menjalar dari punggung bawah/pinggang, tengah-tengah bokong dan betis, belakang tumit sampai ke telapak kaki. Serta terdapat nyeri tekan, kelemahan otot-otot tungkai dan kesemutan.
Saraf Kejepit Bisa Dicegah?
Sayang sekali, tidak semua kondisi syaraf kejepit dapat dicegah. Namun jangan khawatir ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah saraf terjepit di pinggang.
Aktivitas fisik yang berlebihan memang menjadi salah satu faktor risiko meningkatkan risiko terjadinya HNP. Tetapi hal ini tidak berarti stop olahraga.
Olahraga tetap bisa menjadi salah satu cara efektif untuk mencegah saraf terjepit. Beberapa latihan seperti aerobik atau peregangan otot, renang, olahraga dalam air dapat meningkatkan kebugaran tubuh dan membantu memperkuat otot-otot tulang belakang.
Selain itu, latihan yang menguatkan otot-otot perut, bokong, dan punggung dapat membantu menstabilkan tulang belakang dan mengurangi tekanan pada bantalan tulang sehingga dapat menjaga struktur yang melindungi tulang belakang.
Sisi positif olahraga juga membantu menjaga berat badan yang sehat, yang juga merupakan faktor pencegahan penting mengingat obesitas dapat meningkatkan risiko saraf terjepit di pinggang.
Namun, penting untuk melakukan olahraga dengan hati-hati dan secara bertahap. Jangan langsung melakukan olahraga dengan intensitas tinggi jika belum terbiasa. Mulailah dengan perlahan, tetapi tetap konsisten dan rutin.
Selain olahraga, menjaga postur tubuh yang baik saat berdiri, duduk, dan tidur juga penting. Hindari membungkuk terlalu sering dan hindari duduk atau berdiri dalam waktu yang lama. Ketika duduk, pastikan posisi kaki menapak lantai dan hindari menyilangkan kaki.
Jika perlu mengangkat beban berat, gunakan teknik yang aman dengan menekuk lutut terlebih dahulu sebelum mengangkat barang, bukan dengan membungkuk langsung dari pinggang, karena ini dapat meningkatkan risiko mengganggu bantalan tulang belakang.