Klinik Nyeri Dr Indrajana

TBC Tulang Belakang Apakah Menular atau Tidak, Ini Dia Jawabnya

TBC tulang belakang apakah menular atau tidak menjadi salah satu pertanyaan bila Anda atau salah satu keluarga mengalami TBC tulang belakang.

Di Indonesia, pada tahun 2019 TBC tulang masuk kategori TBC ekstra paru (di luar paru) dengan 240 kasus. Di tahun yangs ama, jumlah total kasus TBC ekstra paru diperkirakan 59.525 dari 563.456 total kasus TBC.

Infeksi tuberkulosis paru dapat menular atau menyebar dari orang ke orang lain melalui droplet yang bisa keluar ke udara saat batuk atau bersin.

Tulang belakang menjadi salah satu lokasi infeksi TBC yang tersering dan terjadi pada hampir 50% kasus TB. TBC ini seringkali berkaitan dengan kerusakan neurologis akibat kompresi atau terjepitnya saraf tulang belakang dan deformitas tulang belakang sehingga kemungkinan dapat membuat tulang belakang menjadi tidak stabil.

TBC Tulang Belakang Apakah Menular atau Tidak

Spondilitis tuberkulosis merupakan sebutan atau nama lain dari TBC tulang belakang yang menjadi salah satu infeksi pada tulang belakang.

Penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis, penyebab infeksi tuberkulosis (TB/TBC) yang biasanya mengenai paru-paru.

Gejalanya yang muncul antara lain demam, berkeringat terutama malam hari, berat badan dan nafsu makan menurun, muncul benjolan di tulang belakang, kifosis, dan kelumpuhan.

Proses tuberkulosis pada tulang belakang bersifat destruktif dan memiliki risiko cukup tinggi dalam meningkatkan kecacatan fisik, kerusakan saraf permanen dan deformitas (kelainan bentuk) tulang belakang. Komplikasinya bisa kolaps, munculnya abses, dan paraplegia (kelulmpuhan anggota gerak).

Penyakit ini juga dikenal dengan penyakit Pott karena ditemukan pertama kalinya oleh Percival Pott. Infeksi ini menyerang tulang belakang, terutama area torakal dan lumbal.

Gejala TBC Tulang Belakang

Infeksi yang cukup kompleks ini dapat menimbulkan beberapa gejala antara lain:
– abses pada tulang belakang,
– nyeri,
– tulang belakang menjadi tidak stabil
– fraktur atau patah tulang,
– gangguan pada saraf neurologis,
– deformitas (kelainan bentuk) tulang belakang,
– kifosis atau skoliosis

Infeksi tuberkulosis yang menyebar ke tulang belakang dapat menyebabkan berkembangnya sel radang. Akibatnya terbentuk benjolan seperti punuk yang disebut dengan gibus sehingga penderitanya menjadi bungkuk.

Munculnya abses seringkali mengenai area dada atau torakalis bagian atas dan tengah, dan tersering pada vertebra torakalis 12.

TBC tulang belakang juga berisiko mengakibatkan berubahnya postur tubuh karena berdampak pada kelengkungan alami tulang belakang, yang salah satunya adalah skoliosis.

Gejala lainnya adalah menurunnya berat badan, berkeringat malam hari, demam (sore dan malam), batuk (berdahak atau berdarah) lebih dari 3 minggu, nyeri pada tulang belakang dan gangguan neurologis.

Bagaimana Mendiagnosisnya?

Terlambatnya mendiagnosis TBC tulang belakang seringkali terjadi. Maka pemeriksaan secara klinis dan radiologi dapat mencegah perburukan yang kemungkinan terjadi di tulang belakang.

MRI juga diperlukan untuk melihat lokasi, ada tidaknya kerusakan tulang belakang dan bantalannya, adanya jepitan saraf tulang belakang.

TBC tulang belakang memiliki ciri khusus seperti tulang belakang yang terkikir atau keropos dan celah sendi tulang belakang menyempit. Itu sebabnya bila Anda mengalami nyeri tulang belakang dan ada riwayat terkena infeksi tuberkulosis, perlu berkonsultasi dengan dokter.

Pengobatan TBC Tulang Belakang Apakah Menular atau Tidak

Obat antituberkulosis (OAT) yang terdiri dari rifampicin (R), isoniazid (H), pirazinamid (Z), etambutol (E), dapat diberikan sebagai pengobatan utama. Sebagian besar, merespons baik terhadap OAT ini.

WHO merekomendasikan pengobatan selama 9 bulan. Namun, ada pengobatan sampai 12 bulan bahkan 24 bulan, bergantung pada hasil evaluasi dokter berdasarkan pemeriksaan penunjang.

Jika OAT tidak dapat memperbaiki kerusakan tulang atau sendi, kemungkinan dokter akan melakukan tindakan tertentu misalnya drainase (membersihkan) abses dan jaringan yang terinfeksi, stabilisasi tulang belakang dan koreksi deformitas.

Komplikasinya bila tidak mendapatkan penanganan yang tepat, bisa berisiko menjepit saraf tulang belakang sehingga muncul kelumpuhan.

Penanganan bertujuan untuk membantu menyembuhkan infeksi, menstabilkan tulang belakang, meredakan nyeri, koreksi deformitas dan mengembalikan fungsi tulang belakang.

 

Artikel Terkait