Tidak bisa menahan kencing bisa jadi salah satu tanda saraf kejepit sudah parah. Memang penyebabnya bukan hanya saraf kejepit pinggang. Ada beberapa kondisi tertentu yang juga menjadi biang keladinya. Namun saraf terjepit yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat, maka saraf kejepit dapat menimbulkan kelumpuhan atau kaki lemas karena saraf kejepit.
Jepitan saraf tulang belakang dapat berdampak pada kemampuan tubuh untuk mengendalikan beberapa fungsinya. Mengingat saraf tulang belakang memiliki peran penting sebagai perantara sinyal-sinyal pesan yang dikirim dari otak menuju berbagai organ tubuh. Sehingga muncul gerakan otot, mengontrol anggot tubuh, dan rasa atau sensasi seperti sakit, nyeri, panas, dingin dan lainnya.
Ketika Saraf Tulang Belakang Terkena Dampak Akibat Cedera
Saraf tulang belakang yang berada di sepanjang leher hingga tulang ekor, adalah ‘alat’ penerus kerja otak. Tentu perannya tidaklah kecil. Kerjanya dibutuhkan untuk meneruskan sinyal otak ke seluruh tubuh. Nah kebayang kan kalau saraf ini rusak, fungsi tubuh juga akan terkena dampak buruknya. Bisa berwujud dalam gangguan bergerak atau gangguan sensasi.
Bila saraf tulang belakang bermasalah atau terganggu, baik akibat adanya tumor tulang belakang, infeksi, penyempitan rongga tulang belakang, cedera yang mengakibatkan kerusakan pada saraf tulang belakang, bisa mengakibatkan serangkaian gejala.
Selain motorik dan sensorik yang terkena dampak negatifnya, juga ada tanda lain yang bisa muncul akibat terjadi kerusakan atau cedera pada saraf tulang belakang. Memang gejala ini berbeda antar individu, bergantung pada usia, keparahan, dan ruas mana yang terkena. Akibatnya bisa muncul gangguan pada pernapasan, gerakan, terasa nyeri/kaku, tidak bisa menahan buang air kecil atau buang air besar, menurunnya gairah seks, nyeri layaknya kesetrum, atau kepala terasa nyeri.
Tidak Bisa Menahan Kencing & Penyebabnya
Inkontinensia urine adalah istilah lain dari kondisi ini. Bila kandung kemih – sebagai tempat tampung urine – tidak bisa lagi berfungsi maka inkontinensia urine atau mengompol bisa muncul.
Ada beberapa serangkaian penyebabnya antara lain:
-Hernia Nukleus Pulposus, terjadi ketika cakram (diskus intervertebralis) di antara tulang belakang rusak atau merembes bocor ke luar dari cincin pelindungnya. Jika hernia ini terjadi di daerah tulang belakang bagian bawah (pinggang), dapat menekan saraf yang mengontrol fungsi kandung kemih, menyebabkan masalah pada kerja buang air kecil.
-Cedera Tulang Belakang: akibat kecelakaan atau trauma dapat mengakibatkan kerusakan saraf tulang belakang yang juga dapat berpengaruh pada kerja saraf yang mengendalikan kandung kemih dan lainnya.
-Tumor yang tumbuh di sekitar organ-organ yang terlibat dalam proses buang air kecil dapat memberikan tekanan pada saraf-saraf tersebut. Hal ini dapat mengganggu fungsi normal kandung kemih dan menyebabkan kesulitan dalam buang air kecil.
-Batu Ginjal, terbentuk ketika mineral dalam urine mengkristal dan membentuk massa keras layaknya batu. Batu dapat terbentuk dalam ginjal dan kemudian bergerak ke saluran kemih. Jika batu ginjal terperangkap dalam saluran kemih, dapat menghambat aliran urine dan menyebabkan kesulitan dalam buang air kecil. Batu ginjal yang besar atau tajam dapat menyebabkan iritasi atau cedera pada saluran kemih, yang dapat mengganggu fungsi normal kandung kemih.
-Masalah pada Prostat, seiring pertambahan usia, kelenjar prostat pada laki-laki membengkak sehingga dapat membuat gangguan berkemih atau inkontinensia urine.
Cauda Equina (Cauda Equina Syndrome), Penyebab Tidak Bisa Menahan Kencing
Gejala klinis HNP berbeda-beda bergantung titik lokai jepitannya. HNP di daerah leher atau HNP cervical lazim menimbulkan gejala berupa nyeri saat leher digerakkan, nyeri menjalar hingga bahu, sekitar tulang belikat, lengan atas, lengan bawah dan sampai ke ujung jari-jari tangan.
Nyeri ini dibarengi dengan rasa kesemutan dan baal/kebas yang juga menjalar hingga jari tangan terasa kebas dan jari tangan seperti ditusuk jarum.
Di daerah punggung bawah (pinggang/lumbal), gejala klinis HNP lumbal menyerupai HNP cervical. Rasa nyeri terasa di daerah pinggang, pantat atau bokong dan menjalar ke arah betis dan kaki. Umumnya penderita akan merasakan kesemutan atau kebas/baal pada salah satu kaki. Bahkan dapat menyebabkan telapak kaki terasa panas. Ingat HNP lumbal ini, gejalanya hanya di salah satu sisi tubuh saja.
Gejala-gejala HNP tersebut biasanya muncul perlahan-lahan dan semakin terasa hebat jika duduk atau berdiri dalam waktu lama, pada waktu malam hari, setelah berjalan beberapa saat, pada saat batuk atau bersin, serta saat membungkuk.
Namun gejala klinis pada setiap pasien berbeda-beda tergantung pada lokasi dan derajat saraf kejepit yang dialaminya. Pada kasus saraf kejepit derajat berat, bahaya saraf kejepit di pinggang yang tidak ditangani dapat menekan sekelompok serabut saraf sehingga mengakibatkan kondisi sindrom kauda equina.
Kondisi ini dikenal dengan sindrom kauda equina dengan rangkaian gejala meliputi nyeri, kesemutan, baal/kebas, serta kelemahan atau kelumpuhan kedua tungkai. Cauda equina ini biasanya muncul saat ada HNP L1-L5. Karena di ruas ini, terdapat akar saraf yang mempersarafi motorik dan sensorik ke kaki, kandung kemih, anus dan perineum.
Gejala yang muncul ketidakmampuan menahan kencing (mengompol) dan buang air besar. Biasanya cauda equina syndrome ini masuk dalam kondisi urgent dan memerlukan penanganan segera
Pemeriksaan Saraf Kejepit
Untuk mendiagnosis kondisi tidak bisa menahan kencing, ada beberapa pemeriksaan yang mungkin diperlukan dokter untuk membantu menentukan penyebab dan apa penanganannya nanti.
Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan:
Pemeriksaan Fisik: yang meliputi evaluasi umum, pemeriksaan neurologis, serta pemeriksaan pada daerah tulang belakang atau area yang terlibat dalam proses buang air kecil. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari gejala yang dirasakan penderitanya.
Tes Darah: dapat membantu dalam mengevaluasi fungsi ginjal, deteksi infeksi, atau tanda-tanda peradangan. Pemeriksaan ini dapat melibatkan analisis parameter darah seperti hitung darah lengkap, tes fungsi ginjal, dan tes inflamasi.
Pemeriksaan Urine: dapat memberikan informasi tentang kemungkinan adanya infeksi saluran kemih atau masalah lain yang dapat mempengaruhi fungsi kandung kemih. Tes urine juga dapat mendeteksi adanya darah, kristal, atau bakteri yang dapat menjadi indikasi adanya batu ginjal atau infeksi.
Pemeriksaan Radiologi: seperti sinar-X, CT scan, atau MRI dapat membantu dalam mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi tulang belakang, kandung kemih, dan saluran kemih. Pemeriksaan ini dapat membantu mengidentifikasi adanya hernia nukleus pulposus, tumor, atau kelainan struktural lainnya yang dapat menyebabkan tidak bisa menahan buang air kecil atau inkontinensia urine.
Urodinamik: adalah tes khusus yang mengukur tekanan dalam kandung kemih dan aliran urine selama buang air kecil. Tes ini membantu dalam mengevaluasi fungsi kandung kemih, kemampuan otot-otot untuk mengontrol aliran urine, dan kemungkinan adanya kelainan saraf yang terkait dengan masalah buang air kecil.
Cystoscopy: Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut cystoscope yang dimasukkan melalui uretra untuk melihat kondisi kandung kemih dan saluran kemih secara langsung. Hal ini dapat membantu dokter untuk memeriksa adanya kelainan atau obstruksi yang menyebabkan masalah buang air kecil.
Pemeriksaan-pemeriksaan ini akan dilakukan oleh dokter berdasarkan gejala dan riwayat medis pasien. Dengan menggunakan hasil pemeriksaan ini, dokter dapat merencanakan pengobatan yang sesuai dan memahami penyebab yang mendasari masalah buang air kecil akibat saraf terjepit.
Cara Mengobati Saraf Kejepit
Bila dari hasil MRI menunjukkan adanya saraf kejepit lumbal, maka dokter akan memberikan anjuran pengobatan. Pengobatan saraf kejepit pinggang dapat dilakukan agar tidak menimbulkan kelumpuhan atau masalah lain seperti tidak bisa menahan kencing.
Bisa dengan fisioterapi saraf kejepit, obat-obatan pereda nyeri yang diharapkan dapat meredakan gejala saraf kejepit. Namun ingat, bila saraf kejepit sudah berat, bisa diberikan terapi lainnya sesuai dengan penyebab dan gejalanya.
Berikut ini adalah beberapa opsi pengobatan terakhir yang mungkin direkomendasikan:
Injeksi Epidural: melibatkan pemberian obat-obatan antiinflamasi atau kortikosteroid langsung ke daerah sekitar saraf yang terjepit. Tujuannya adalah mengurangi peradangan dan pembengkakan yang menekan saraf, sehingga memungkinkan pemulihan fungsi normal kandung kemih.
Blokade Saraf: menyuntikkan obat bius lokal atau obat pereda nyeri langsung ke titik saraf yang terjepit. Ini bertujuan untuk menghentikan sinyal nyeri dan mengurangi tekanan pada saraf tersebut. Blokade saraf dapat memberikan bantuan nyeri yang signifikan.
Tindakan endoskopi tulang belakang atau BESS: dilakukan bila saraf kejepit sudah mengganggu aktivitas. Tindakan ini untuk menghilangkan tekanan pada saraf (dekompresi) sehingga saraf menjadi tak terjepit sehingga gejala terkait bisa reda atau bahkan hilang.